Senin, 26 Maret 2018


Pesan untuk Ayah

            Bagaimana caraku melukiskan kisah kita, menggambarkan tentangmu, jika kita hanya bersama 4 tahun saja dalam hidup ini. Hanya 4 tahun saja padamu diberikan-Nya waktu untuk mencintaiku. Hanya sekejap saja waktu yang Ia berikan padaku untuk memanggil dan merasakan sosok ayah dalam hidupku. Sudahkah aku merasakan cinta pertama itu? Padahal aku baru mengenalmu 4 tahun sejak keberadaanku di dunia ini.
            Apakah kau tau seberapa tepukulnya aku saat melihat anak seusiaku tumbuh dengan kasih sayang orang tua yang lengkap? Apakah kau tau seberapa sulitnya bertumbuh dan menjadi dewasa tanpa keutuhan? Apakah kau tau seberapa sakit ketika mendengar kisah mereka tentang ayah hero mereka?
            Apa aku tumbuh menjadi gadis yang sempurna, jika cinta pertama yang harusnya ku terima dari ‘ayah’ itu tak ku peroleh? Apakah aku bisa merasakan indahnya cinta, jika aku harus patah hati di usia yang masih sangat dini? Terlalu sakit seperti tersayat, saat hanya menyaksikan kisah romantis ayah dan anak di setiap kelurga yang utuh.
            Aku cemburu, aku iri, karena aku pun ingin seperti mereka. Membagikan cerita kehebatan ‘ayah’ pada teman-teman sekolahku. 15 tahun tidaklah cukup untuk menghapus kerinduan akan sosok ayah dalamku. Aku pikir, aku hanya akan merindukanmu di tahun tahun awal kepergianmu saja. Namun hari ini, di bawah langit Jakarta, untuk pertama kalinya aku menangis kembali mengenangmu, pa.
            Perasaan ini kembali terusik saat teman teman maju di depan kelas dan medekripsikan sosok yang berperan penting dalam hidup mereka. Hancur hatiku, saat yang terdengar adalah kata father. Akupun ingin punya sosok pahlawan laki-laki yang menjadi cinta pertamaku. Aku ingin punya kisah kita yang lebih lama, sampai aku merasakan cinta penuh darimu.
            Hatiku terluka manakala teman-temanmu menceritakan tentangmu padaku. Aku lah yang harusnya lebih tau dari mereka. Akulah yang harusnya menceritakan tentangmu pada mereka. Aku anakmu, tapi mereka lebih tahu banyak hal tentangmu. Apa kau tau betapa semangatnya aku ketika mereka menceritakan kebersamaannya denganmu?
            Aku merindukanmu malam ini. Malam yang sudah sangat larut, malah sudah pagi pa. Tapi aku masih lebih nyaman di depan layar sambil mengetik semua yang tergambar dalam perasaanku. Malam ini terasa lebih menyedihkan dari malam sebelumnya.
            Aku tak marah pada Tuhan atas apa yang terjadi pada kita. Aku selalu percaya semua akan indah pada waktunya. Mungkin saat ini aku terluka kembali setelah kuliah tadi pagi, hingga harus mengenangmu kembali.
            Tapi kau hebat pa, memilih seorang istri yang sangat setia. Seorang istri yang terlalu hebat. Bagaimana mungkin ia dapat membesarkan kami seorang diri selama 15 tahun? Tapi dia buktikan itu. Bekerja sendiri, menghabiskan banyak waktu, tenaga, uang untuk fokus memberikan yang terbaik pada kami. Semuanya telah ia berikan pada kami, anak anakmu.
            Kau harus berterima kasih padanya, karena telah menjaga kami, sampai aku tumbuh menjadi gadis di tanah perantauan ini, pa. Kau tak melihat seberapa besar perjuangan nya bagiku. Terlalu besar, sampai akhirnya aku ada di Jakarta. Semua berkat Doa yang selalu ia panjatkan pada kekasih dan sandaran hidupnya, yaitu Tuhan.
            Diapun anak Tuhan yang taat. Ia mengajarkan kami banyak sekali pelajaran dalam hidup. Bagaimana memberi tanpa perhitungan, bagaimana mengasihi orang dibawah kami, bagaimana memberikan yang terbaik sebagai pelayanan, dia juga mengajarkan kami untuk ambil pelayanan di gereja. Benar-benar seorang istri dan ibu yang sempurna.
            Dia sangat sibuk, pa. Aku benar-benar harus memakluminya. Namun, meskipun dia sangat sibuk, dia tak pernah lupa memperhatikan kami. Walaupun aku tumbuh tanpa perhatian penuh dari orang tua, aku bersyukur, meski terkadang ada perasaan sesal tentang kepergianmu. Karena kepergianmu, hidupku tumbuh terasa berbeda dari seusiaku. Ada bagian kosong yang tak akan bisa terisi dengan apapun, pa.
            Namun, ini adalah jalan yang Tuhan pilihkan bagiku. Dan aku, hanya bisa menerima tanpa boleh mengeluh dan tawar hati. Karena sekalipun aku tak mendapatkan kasih sayang yang utuh dari orang tua yang lengkap, setidaknya aku bisa melihat dan memiliki seorang wanita terhebat bagiku yang akan selalu ku bawa dalam doaku agar ia bisa senantiasa menemaniku hingga ia dapat melihat dan tinggal dengan keluarga kecil dari anak-anaknya kelak. Nanti, akan ku buat ia bahagia setelah perjuangannya puluhan tahun membesarkan dan mendidik kami putri kecil yang telah menjadi dewasa atas keringatnya, sampai yang terukir di bibirnya hanyalah sebuah senyuman yang berisikan kalimat ‘aku telah berhasil mendidik mereka, putri kecil kita yang telah kau titipkan padaku untuk kubesarkan dengan keringat dalam doaku’.
            Aku cinta papa, tapi cinta itu beratus-ratus kali lipat kuberikan lagi pada mamak yang jauh lebih besar memperjuangkan kami, anak-anakmu pa. Terima kasih, karena engkau menitipkan kami pada seorang wanita yang tak terbandingi bagi kami. Aku cinta sama mamak. Salam dari keheningan Kota Jakarta untuk Kota Batam tercinta.



 sebuah pesan rindu untuk ayah yang telah lama pergi :(


Tidak ada komentar:

Posting Komentar