Kenangan di Balik Hujan
Malam ini hujan, namun dingin
dibalik jendela kamarku tak sedingin hatiku. Hatiku yang mulai membeku sejak
kepergianmu. Hujan, memang tak pernah
ada kisah menarik antara aku, kau dan hujan. Namun, entah mengapa setiap kali
hujan menyapa bumi untuk melepas rindunya, setiap itu jugalah aku mengenangmu.
Aku ingin menjadi hujan yang bisa menemui bumi kapanpun ia mau untuk menepis
rindunya. Iapun bisa menghampirimu kapanpun ia mau, lalu jatuh ke atasmu.
Mungkin, ia pun sosok yang akan kau rindukan saat terik mentari terlalu
menyengat di tubuhmu. Dan aku ingin menjadi hujan, yang akan kau rindukan
ketika jiwamu mulai mengering.
Aku menarik kursi lebih dekat
dengan jendela, agar mataku dapat menghitung rintik hujan yang sedari tadi
mengusik jiwaku. Ditemani secangkir kopi hangat, pikiranku mulai berkelana jauh
menembus batas ruang dan waktu. Membuka lembaran ingatan lalu yang kini mulai
usang karena terlalu perih untuk terus di pajang lalu dikenang.
12 tahun yang lalu, kita pernah
bersama. Bukan sebagai sepasang kekasih, namun sebagai sepasang sahabat kecil
yang saling menjaga dan menyayangi. Sampai kita dipisahkan oleh jarak dan waktu
yang terasa mustahil untuk digoyahkan. Aku kehilanganmu bertahun-tahun tanpa
kabar. Namun malam itu, aku dan dirimu aktif pada media sosial yang sama. Aku
bahagia, karena semua kisah cinta dan luka kita berawal dari sana. Semua
susunan cerita tentang rasa diawali pada malam itu. Sejak hari itu, hidupku
berubah. Aku selalu merasa bahagia, merasa tenang, merasa aku dicintai olehmu.
Aku sadar akan rasa yang mulai tumbuh dalam hatiku. Bukan lagi rasa kasih terhadap
sahabat, melainkan akan sosok cinta yang baru dan aku menikmatinya.
Waktu berjalan dan berlalu dengan
sangat cepat sampai aku pun melanjutkan pendidikanku di Jakarta. Itu berarti
jarak bukanlah rintangan terbesar bagi kita untuk saling bertemu dan melepas
rindu. Malam itu, 4 tahun yang lalu, aku menemuimu. Rindulah yang mendesakku
untuk segera berlari menujumu. Membayar rasa rindu yang sudah sejak lama
menyalahkanku.
Di sudut taman Jl. Malioboro Kota Jogjakarta.
Disana kita berjanji bertemu dan melepas rindu.
Jalan setapak yang basah kulalui dengan derap langkah begitu cepat.
Langkahku terhenti, dengan lembut ku angkat kepalaku, mencari sosok dibalik
sepasang kaki yang kini menghalangi langkahku. Sebuah senyuman terukir di
seberang bibirku. Sangat manis dan dekat. Dua bola pipi yang dari kecil tak
pernah meninggalkanmu.
Sebuah pelukan hangat kudapatkan
malam itu. Terasa aman dan teduh di dalam genggaman sepasang tangan di balik
punggungku. Di bawah cahaya rembulan terang, disaksikan berjuta bintang, dan
dalam naungan langit malam Kota Jogjakarta, kau menyatakan cinta padaku dalam
sebuah bisikan lembut disamping telingaku yang menghangat. Detik itu, dunia seakan berhenti berputar,
jantung ku berhenti berdetak untuk beberapa saat, dan nafasku tertahan serta
mulutku terkunci. Masih dalam pelukan hangatmu, dan dengan mata terpejam,
kutarik nafas dalam-dalam, menghirup kembali semua aroma nafasmu serta
pernyataan cintamu sambil berdoa agar malam ini tak akan berakhir.
“ Andre, aku juga, ” baru saja
aku akan membalas cintanya, dengan cepat ia memotong kalimatku dengan jari
telunjuknya. “ saat ini, aku tak ingin jawaban. Matamu sudah menjawabnya.
Simpan kalimat itu sampai tahun depan saat kamu menyelesaikan kuliahmu. Sekarang,
kamu fokus pada satu jalan yang sedang kau tuju” “Tapi, apa akan ada kesempatan
yang sama untukku di depan nanti?” aku menyanggah nya karena aku ingin
menyampaikan rasaku padanya malam ini. “kalaupun nanti kesempatan itu tidak
ada, entah karena jarak maupun ruang, akan tetap ada angin yang akan
menyampaikannya pada kita” ia menjelaskan, aku hanya mengangguk , dan tersenyum
dengan sedikit kecewa padanya.
@@@@@
“ halo Andre... aku besok wisuda.
Jangan lupa datang ya, aku sisain satu undangan buat kamu. Aku udah penuhin
janji aku buat fokus dan kelarin kuliah. Sekarang giliran kamu menuhin janji kamu
untuk kasih aku kesempatan yang sama seperti malam itu” aku meneleponnya pagi
itu. Suara berat terdengar jelas di balik layar telepon genggamku “ iya Angel
ku, aku pasti datang besok dan kasih kamu kesempatan itu. Dan mewujudkan
harapanmu yang tertunda malam itu” aku tersenyum lebar, aku meyakinkankan
diriku bahwa besok adalah hari terbaik dalam catatan sejarahku.
Hari ini, akan ada 2 momen
bersejarah dalam hidupku. Pertama, saat aku akan menyandang gelar sarjana
setelah 4 tahun menimba ilmu. Kedua, aku dan dia akan menjadi kita di hari ini.
Namun, sampai acara wisuda dimulai, ia tak kunjung hadir. Bahkan, ketika tali
togaku dipindahkan ke sisi yang lain, ia tak menyaksikannya. Kucoba
meneleponnya berkali-kali, namun tak ada jawaban dari seberang sana. Kecewa dan
sedih berkecamuk, karena hari paling bahagiaku, tak nyata layaknya harapanku.
@@@@
“ Angel, makan yuk, cukuplah
mandangin hujannya.” seseorang masuk ke kamarku dan mendapatiku sedang menatap
kosong ke luar jendela. “ ehh hmm iya Rey, keasikan ngelihatin bintang, ehh
maksudnya hujannya” aku membalasnya dengan nada lirih. Ia mengarah padaku “kamu
harus belajar ikhlas, aku yakin, ia pun bahagia jika melihat malaikat kecilnya
yang tanpa sayap ini bahagia. Membuka lembaran baru memang tak semudah
melanjutkan kisah masa lalu. Namun, kisah masa lalu tak akan sebaik cerita baru
yang kita susun dengan semangat dan harapan baru. Aku duluan ya, jangan lupa
turun buat makan kalau udah selesai” ia menutup percakapan dan hampir berlalu
pergi.
“ Rey “ aku memanggilnya dan
berlari kecil dan berakhir dalam pelukannya. “ aku ingin menyusun cerita baru
cintaku denganmu” kulepaskan pelukanku dan menatapnya sambil tersenyum. Balasan
senyuman manis kuterima darinya. Untuk beberapa saat, kami saling menatap, aku
mengalihkan tatapanku keluar jendela. Selamat tinggal Ndre, semoga kau tenang
disana. Menjadi bintang yang akan menghiasi jendela kamarku. Akan kututup semua
lembaran kisah lalu denganmu. Terima kasih karena telah memberikan kisah yang
beragam dalam hidupku. ‘Kan ku buka
babak baru percintaan dengan dia, tunanganku yang kini tepat di hadapanku. Karena
ia masa depanku.
Cinta, luka, rindu dan kenangan
akan menjadi rentetan waktu yang menyusun kisah cinta. Namun, bukan bagaimana
kita dapat melewati dan mengeluhkannya, namun bagaimana cara kita untuk
menikmati serta mensyukuri segalanya.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar