Minggu, 01 April 2018


Kenangan di Balik Hujan


Malam ini hujan, namun dingin dibalik jendela kamarku tak sedingin hatiku. Hatiku yang mulai membeku sejak kepergianmu.  Hujan, memang tak pernah ada kisah menarik antara aku, kau dan hujan. Namun, entah mengapa setiap kali hujan menyapa bumi untuk melepas rindunya, setiap itu jugalah aku mengenangmu. Aku ingin menjadi hujan yang bisa menemui bumi kapanpun ia mau untuk menepis rindunya. Iapun bisa menghampirimu kapanpun ia mau, lalu jatuh ke atasmu. Mungkin, ia pun sosok yang akan kau rindukan saat terik mentari terlalu menyengat di tubuhmu. Dan aku ingin menjadi hujan, yang akan kau rindukan ketika jiwamu mulai mengering.
Aku menarik kursi lebih dekat dengan jendela, agar mataku dapat menghitung rintik hujan yang sedari tadi mengusik jiwaku. Ditemani secangkir kopi hangat, pikiranku mulai berkelana jauh menembus batas ruang dan waktu. Membuka lembaran ingatan lalu yang kini mulai usang karena terlalu perih untuk terus di pajang lalu dikenang.
12 tahun yang lalu, kita pernah bersama. Bukan sebagai sepasang kekasih, namun sebagai sepasang sahabat kecil yang saling menjaga dan menyayangi. Sampai kita dipisahkan oleh jarak dan waktu yang terasa mustahil untuk digoyahkan. Aku kehilanganmu bertahun-tahun tanpa kabar. Namun malam itu, aku dan dirimu aktif pada media sosial yang sama. Aku bahagia, karena semua kisah cinta dan luka kita berawal dari sana. Semua susunan cerita tentang rasa diawali pada malam itu. Sejak hari itu, hidupku berubah. Aku selalu merasa bahagia, merasa tenang, merasa aku dicintai olehmu. Aku sadar akan rasa yang mulai tumbuh dalam hatiku. Bukan lagi rasa kasih terhadap sahabat, melainkan akan sosok cinta yang baru dan aku menikmatinya.
Waktu berjalan dan berlalu dengan sangat cepat sampai aku pun melanjutkan pendidikanku di Jakarta. Itu berarti jarak bukanlah rintangan terbesar bagi kita untuk saling bertemu dan melepas rindu. Malam itu, 4 tahun yang lalu, aku menemuimu. Rindulah yang mendesakku untuk segera berlari menujumu. Membayar rasa rindu yang sudah sejak lama menyalahkanku.
 Di sudut taman Jl. Malioboro Kota Jogjakarta. Disana kita berjanji bertemu dan melepas rindu.  Jalan setapak yang basah kulalui dengan derap langkah begitu cepat. Langkahku terhenti, dengan lembut ku angkat kepalaku, mencari sosok dibalik sepasang kaki yang kini menghalangi langkahku. Sebuah senyuman terukir di seberang bibirku. Sangat manis dan dekat. Dua bola pipi yang dari kecil tak pernah meninggalkanmu.
Sebuah pelukan hangat kudapatkan malam itu. Terasa aman dan teduh di dalam genggaman sepasang tangan di balik punggungku. Di bawah cahaya rembulan terang, disaksikan berjuta bintang, dan dalam naungan langit malam Kota Jogjakarta, kau menyatakan cinta padaku dalam sebuah bisikan lembut disamping telingaku yang menghangat.  Detik itu, dunia seakan berhenti berputar, jantung ku berhenti berdetak untuk beberapa saat, dan nafasku tertahan serta mulutku terkunci. Masih dalam pelukan hangatmu, dan dengan mata terpejam, kutarik nafas dalam-dalam, menghirup kembali semua aroma nafasmu serta pernyataan cintamu sambil berdoa agar malam ini tak akan berakhir.
“ Andre, aku juga, ” baru saja aku akan membalas cintanya, dengan cepat ia memotong kalimatku dengan jari telunjuknya. “ saat ini, aku tak ingin jawaban. Matamu sudah menjawabnya. Simpan kalimat itu sampai tahun depan saat kamu menyelesaikan kuliahmu. Sekarang, kamu fokus pada satu jalan yang sedang kau tuju” “Tapi, apa akan ada kesempatan yang sama untukku di depan nanti?” aku menyanggah nya karena aku ingin menyampaikan rasaku padanya malam ini. “kalaupun nanti kesempatan itu tidak ada, entah karena jarak maupun ruang, akan tetap ada angin yang akan menyampaikannya pada kita” ia menjelaskan, aku hanya mengangguk , dan tersenyum dengan sedikit kecewa padanya.
@@@@@
“ halo Andre... aku besok wisuda. Jangan lupa datang ya, aku sisain satu undangan buat kamu. Aku udah penuhin janji aku buat fokus dan kelarin kuliah. Sekarang giliran kamu menuhin janji kamu untuk kasih aku kesempatan yang sama seperti malam itu” aku meneleponnya pagi itu. Suara berat terdengar jelas di balik layar telepon genggamku “ iya Angel ku, aku pasti datang besok dan kasih kamu kesempatan itu. Dan mewujudkan harapanmu yang tertunda malam itu” aku tersenyum lebar, aku meyakinkankan diriku bahwa besok adalah hari terbaik dalam catatan sejarahku.
Hari ini, akan ada 2 momen bersejarah dalam hidupku. Pertama, saat aku akan menyandang gelar sarjana setelah 4 tahun menimba ilmu. Kedua, aku dan dia akan menjadi kita di hari ini. Namun, sampai acara wisuda dimulai, ia tak kunjung hadir. Bahkan, ketika tali togaku dipindahkan ke sisi yang lain, ia tak menyaksikannya. Kucoba meneleponnya berkali-kali, namun tak ada jawaban dari seberang sana. Kecewa dan sedih berkecamuk, karena hari paling bahagiaku, tak nyata layaknya harapanku.
@@@@
“ Angel, makan yuk, cukuplah mandangin hujannya.” seseorang masuk ke kamarku dan mendapatiku sedang menatap kosong ke luar jendela. “ ehh hmm iya Rey, keasikan ngelihatin bintang, ehh maksudnya hujannya” aku membalasnya dengan nada lirih. Ia mengarah padaku “kamu harus belajar ikhlas, aku yakin, ia pun bahagia jika melihat malaikat kecilnya yang tanpa sayap ini bahagia. Membuka lembaran baru memang tak semudah melanjutkan kisah masa lalu. Namun, kisah masa lalu tak akan sebaik cerita baru yang kita susun dengan semangat dan harapan baru. Aku duluan ya, jangan lupa turun buat makan kalau udah selesai” ia menutup percakapan dan hampir berlalu pergi.
“ Rey “ aku memanggilnya dan berlari kecil dan berakhir dalam pelukannya. “ aku ingin menyusun cerita baru cintaku denganmu” kulepaskan pelukanku dan menatapnya sambil tersenyum. Balasan senyuman manis kuterima darinya. Untuk beberapa saat, kami saling menatap, aku mengalihkan tatapanku keluar jendela. Selamat tinggal Ndre, semoga kau tenang disana. Menjadi bintang yang akan menghiasi jendela kamarku. Akan kututup semua lembaran kisah lalu denganmu. Terima kasih karena telah memberikan kisah yang beragam dalam hidupku.  ‘Kan ku buka babak baru percintaan dengan dia, tunanganku yang kini tepat di hadapanku. Karena ia masa depanku.
Cinta, luka, rindu dan kenangan akan menjadi rentetan waktu yang menyusun kisah cinta. Namun, bukan bagaimana kita dapat melewati dan mengeluhkannya, namun bagaimana cara kita untuk menikmati serta mensyukuri segalanya.
Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar